Tuesday, 26 June 2007

Sembahyang besar perayaan Sejit Kongco Ceng Gwan Cin Kun

Bulan 5 Imlek ( GO GWEE ) dalam perhitungan astrologi TIONG KOK merupakan bulan dimana Alam dalam keadaan extrim yang berdampak pada banyaknya kejadian-kejadian alam (bencana alam) yang terjadi di sekitar bulan ini.
Sejak jaman dahulu kala Kaisar-kaisar TIONG KOK pada bulan ini mengadakan suatu upacara sembahyang besar dengan tujuan agar manusia diingatkan untuk selalu mawas diri dan takwa kepada THIAN Yang Maha Esa seraya memohon agar selalu diberi kekuatan untuk menghadapi kesusahan dan rintangan dalam mengarungi kehidupan ini.

Masyarakat TIONG HOA pun sejak jaman dahulu kala sering mengadakan berbagai upacara pada bulan GO GWEE ini yang pada dasarnya bertujuan untuk :
Memohon ampun dan introspeksi atas segala khilaf dan dosa.
Biasanya dilakukan dengan Upacara Menyalakan Pelita Kehidupan .
Bersujud memohon petunjuk dan jalan keluar agar dihindarkan dari segala musibah dan bahaya.
Biasanya dilakukan dengan berbagai Kias dan Tolak Bala.


Berdasarkan Kitab Suci GIOK HONG KENG disebutkan bahwa :
" Ketika Maha Dewa GOAN SIE THIAN CUN bersabda kepada Dewa
GIOK HIE TEE KUN, diantaranya disebutkan jika manusia didunia mengalami
kesulitan ekonomi dan hendak memohon berkah rejeki hendaknya memohon
kepada Yang Maha Mulia Kaisar Dewata GIOK HONG TAI TEE maka Berkah
Rejeki dengan mudah akan didapatkan dan perjalanan hidup pun akan
lancar serta sandang pangan akan melimpah hingga anak cucu. "

Berdasarkan Kitab Suci PAK TOU KENG juga disebutkan bahwa :
" Ketika Maha Dewa THAI SIANG LO KUN bersabda kepada THIO THIAN SU,
diantaranya disebutkan jika manusia didunia mengalami berbagai macam kesusahan dengan tulus hati mendirikan altar memohon Kepada Dewa Bintang PAK TOU SENG KUN maka segala macam kesusahan dan mara bahaya akan musnah serta akan mendapat pahala yang tidak terhingga "


Berdasarkan ke2 kitab suci tersebut dan tradisi-tradisi yang ada maka pada bulan GO GWEE ini dan bertepatan dengan Hari Sejit Yang Mulia Kong Co CENG GWAN CIN KUN ( 23 GO GWEE ), Kelenteng TEK HAY KIONG akan mengadakan upacara sembahyang dengan mendirikan Panggung ( TAN ) mengundang GIOK HONG TAI TEE , LAM TOU PAK TOU SENG KUN serta para Dewa lainnya selama 3 (tiga) hari dari tanggal 6 s/d 8 Juli 2007 ( GO GWEE 22 s/d 24, 2558 ) dengan tujuan MEMOHON KESELAMATAN , BERKAH dan PANJANG UMUR ( TIAM TENG, TIAM CHAI, TIAM HOK SIU ).


TIAM TENG : Permohonan agar diberi Keturunan yang jaya
Bagi yang belum mendapat keturunan agar cepat memperoleh keturunan, dan bagi yang sudah agar kelak dapat mengharumkan nama orang tua dan leluhurnya.

TIAM CHAI : Permohonan agar diberi Kekayaan dan Kejayaan, Lancar dalam
usaha.

TIAM HOK SIU : Permohonan agar diberi Berkah Kebahagiaan dalam hidup,
Kesehatan dan Panjang umur.


Dalam Upacara seperti ini memerlukan kehadiran GIOK HONG TAI TEE karena hanya Beliaulah yang berwenang untuk memberikan pengampunan atas segala dosa-dosa/ karma yang telah kita perbuat dan mengatur keberkahan / HOK KIE dari tiap-tiap manusia. Sedangkan Dewa Bintang Gantang Selatan / LAM TOU SENG KUN berwenang mengatur umur manusia hingga lebih dikenal sebagai Dewa Panjang Umur dan Dewa Bintang Gantang Utara/ PAK TOU SENG KUN berwenang untuk mengatur kematian dan menghalau semua bencana-bencana dalam kehidupan seperti : bahaya kebakaran, bahaya pembunuhan, bahaya dalam kehidupan berumah tangga, bahaya penyakit, bahaya atau halangan yang timbul dalam usaha dan lain-lain.


Upacara ini dipimpin oleh CAY KO WOEN KON YUN, TOO SU CHEN LI WEI dan juga rohaniwan lain dari Agama Budha dan Khong Hu Cu secara bergantian.


Sebagai persyaratan untuk Upacara Sembahyang ini diperlukan peralatan :
a. Gantang :
Berisi beras/ padi yang melambangkan Berkah sandang pangan yang tidak akan
habis.Gantang sendiri yang berfungsi sebagai tempat takaran beras pada jaman TIONG KOK kuno mengingatkan kita agar perbuatan kita tidak melampaui takaran /batas yang dapat berakibat karma buruk.
b. Penggaris :
Melambangkan agar semua masalah dapat terukur / terprediksi hingga kita dapat menyelesaikan dengan hasil seperti apa yang kita harapkan.
c. Cermin :
Melambangkan alat untuk introspeksi diri apakah perbuatan kita telah sesuai dengan ajaran dari para Nabi/ para SIN BENG. Juga berfungsi sebagai pusaka untuk menolak siluman /segala sesuatu yang tidak baik yang akan menimpa kita sekeluarga.
d. Gunting :
Melambangkan kerja sama dan kerukunan hingga dapat memutuskan semua masalah.
e. Po Kiam/Pedang Pusaka :
Pedang melambangkan keteguhan hati dan tak ragu dalam berusaha hingga dapat mencapai hasil yang maksimal.Pada jaman dahulu pedang juga digunakan untuk menumpas siluman ( semua pengaruh buruk ).
f. Payung :
Lambang Kebesaran dalam arti sebagai permohonan agar anak cucu kita akan menjadi orang yang mulia dan sukses disegala bidang. Payung juga berfungsi sebagai pengayoman atau perlindungan dari Yang Maha Kuasa.
g. Buku Almanak / THUNG SU :
Melambangkan agar kita dapat melihat peluang – peluang, baik dalam bisnis maupun kehidupan hingga kesuksesan dapat lebih mudah diraih.THUNG SU juga melambangkan betapa pentingnya pengetahuan. Dengan berbekal HOK KIE yang besar,ditunjang dengan pengetahuan / pendidikan yang memadai akan lebih memudahkan kita dalam meraih kesuksesan.
h. Pelita :
Alat Penerangan yang melambangkan permohonan agar Bintang Keberkahan / HOK KIE kita selalu menyala hingga kesuksesan selalu berada di pihak kita.
Pelita juga merupakan penerangan akan Jalan Suci yang bisa menuntun kita agar senantiasa hidup dalam Kebenaran.
i. Kain 5 warna :
Melambangkan 5 unsur yaitu Emas,Kayu, Api, Air dan Tanah yang saling melengkapi hingga dalam keadaan dan situasi apapun kita dapat melaluinya dengan baik.
j. Dewa Utusan yang menaiki burung Bangau Putih :
Melambangkan agar semua permohonan, ketulusan hati, dan persembahan kita dapat segera disampaikan kepada Yang Maha Kuasa dan dalam waktu singkat semua permohonan kita akan terkabul.
k. CHEN SHOU PAI:
Kertas Panjang bertuliskan Nama kebesaran dari GIOK HONG TAI TEE dan LAM TOU PAK TOU SENG KUN serta nama dari peserta sembahyang ini untuk memohon kesehatan dan panjang umur.

Dalam kitab suci GIOK HONG KENG tertulis bahwa barang siapa menulis nama kebesaran dari GIOK HONG TAI TEE dan menggantungnya tinggi dengan disertai upacara sembahyang maka keberkahan akan senantiasa menyertai.


Semoga THIAN Yang Maha Esa , Yang Mulia Kong Co CENG GWAN CIN KUN dan para SIN BENG melindungi dan memberkahi kita semua.


Pendaftaran untuk Peserta Upacara Sembahyang ini dapat menghubungi :
1. Kwee Lan Ping ' ( 0283 ) 356 341 , 355 962
HP: 081 79598765
4. Swie Song Nio ' ( 0283 ) 356 679
5. Kantor YTDT ' ( 0283 ) 356 474 , 355 673

Kongco Ceng Gwan Cin kun



Bila kita memasuki Ruang Utama Kelenteng TEK HAY KIONG Tegal, disebelah Altar Utama Kong Co TEK HAY CIN JIN , terdapat singgasana megah untuk Kong Co CENG GWAN CIN KUN ( Seorang Dewa dengan penampilan sebagai Pejabat Militer berpakaian perang dari emas yang membawa pedang dan berwajah merah ).
Kong Co CENG GWAN CIN KUN bertugas sebagai Dewa Pembasmi Siluman dan roh-roh jahat, Beliau adalah Dewa yang dipuja di kalangan masyarakat daerah CHANG TAI di Propinsi HOK KIAN.
Di Indonesia , selain di Kelenteng TEK HAY KIONG Tegal, kami hanya menemui pemujaan terhadap Kong Co CENG GWAN CIN KUN di Kelenteng TOA SE BIO - Jakarta.

Sejak jaman dahulu apabila seseorang akan mengadakan upacara sumpah di Kelenteng TEK HAY KIONG , maka upacara sumpah tersebut dilaksanakan dihadapan Altar Kong Co CENG GWAN CIN KUN ini.
Hari kebesaran Kong Co CENG GWAN CIN KUN diperingati setiap tanggal 23 bulan 5 penanggalan Imlek.
Pada jaman dinasti MING (1368-1644), di SHI WU DU dekat AN CUN kira-kira 50 LI dari TONG AN, terdapat sebuah pos penjagaan yang dijaga oleh seorang pria yang berasal dari GUAN JIANG KAO, propinsi SI CHUAN
dengan ditemani oleh seekor anjing kesayangannya. Pria ini sering kali bersembahyang didepan altar ER LANG SHEN / JI LONG SIN.


Suatu hari terjadilah huru-hara, pada saat itu anjing tersebut membawa hiolo yang ada dialtar naik ke gunung FENG SHAN. Penduduk desa tentunya sangat heran melihat tingkah laku anjing tersebut dan terus mengikutinya sampai kemudian berhenti disuatu tempat berteduh dan anjing itu dengan setia tetap menjaganya. Melihat hal ini penduduk menempatkan hiolo diatas meja kemudian bersembahyang memohon perlindungan agar terhindar dari segala mara bahaya seraya menancapkan beberapa batang HIO di atas hiolo itu.
Dalam perjalanan waktu, penduduk dan beberapa perantauan yang bersembahyang ditempat itu sering melihat " penampakan seorang pria beserta seekor anjing ."
Orang-orang yang bersembahyang disitu, banyak yang terkabul doa dan harapannya sehingga penduduk kemudian menyepakati mendirikan sebuah kelenteng. Kesulitan timbul saat pembuatan rupa patung pemujaan sang Dewa, namun salah seorang penduduk yang habis bersembahyang, malam harinya mendapat petunjuk melalui mimpinya agar memberitahukan kepada pemahat supaya memperhatikan dan membuat sketsa wajah seorang pejabat tinggi yang akan melewati desa itu keesokan harinya.

Benar juga ternyata hari itu singgah seorang pejabat tinggi bergelar SHI ZHI ZHI HUI DA SHI yang masih muda dan berwajah tampan. Akhirnya pembuatan patung sang Dewa berhasil diselesaikan dan mendapat gelar DA SHI GONG ( Utusan Agung ) atau dikenal juga dengan nama CENG GWAN CIN KUN.
Kemudian dibuatkan beberapa patung pengawal yang ditempatkan disebelah kiri dan kanan sang Dewa dan sebuah patung anjing yang ditempatkan dibawah meja sembahyang.
Versi ini menghubungkan pemujaan DA SHI GONG dengan ER LANG SHEN dan kemiripan ini diperdekat lagi dengan disertakan patung anjing dalam pemujaannya. CENG GWAN CIN KUN dipercaya sebagai titisan dari ER LANG SHEN.

Hal tersebut juga cocok dengan kisah-kisah yang beredar di Singapura dan Jakarta sehubungan dengan asal-usul DA SHI GONG. Hanya di Jakarta dan Singapura menampilkan DA SHI GONG / CENG GWAN CIN KUN sebagai seorang pejabat militer berpakaian perang dari emas dan membawa pedang dengan wajah merah muda disertai beberapa pengiringnya.

Sumber :
Kelenteng – kelenteng Masyarakat TIONG HOA di Jakarta oleh C. Salmon dan D. Lambard – Yayasan CIPTA LOKA CARAKA 1985.

Perayaan di Cilacap


Kelenteng Lam Tjeng Kiong, Cilacap merayakan sejit YM Kongco Hian Thian Shang Tee pada 3 Sha Gwee ( 19 April 2007) dengan acara kirab toapekong.
Kelenteng Tek Hay Kiong selama 3 tahun berturut-turut ikut berpartisipasi mengikutinya.
Pada pagi harinya diadakan upacara sembahyang sejit di pantai Teluk Penyu dan selanjutnya pada harinya dilaksanakan kirab toapekong keliling kota Cilacap

Sejit YM KongcoTek Hay Cin Jin

Perayaan sejit YM Kongco Tek Hay Cin Jin di kelenteng Tek Hay Kiong setiap tahun dirayakan setiap tanggal 2 Jie Gwee ,selain upacara sembahyang juga dilakukan pemilihan Locu baru untuk tahun berjalan.
Malam Sejit,19 maret 07 diadakan malam hiburan,kali ini mengundang grup band Golden Dragon dari Yogya,yang memikat perhatian pengunjung; acara diselingi dengan tarian dan lelang kalung.
Keesokan harinya,20 Maret 07 mulai pukul 10.00 pagi dilakukan upacara sembahyang sejit,pembacaan liam keng,penyebaran ngo-kok di sekeliling kelenteng dan diakhiri denganpemilihan Locu baru dengan cara pwee.

Untuk perode 07/08 telah terpilih locu:
Cia Locu- Kwee Kwan Mey
Jie Locu - Kam Kwan Tje
Sha Locu-Tan Han Gie

Perayaan di Indramayu


Sejit YM Kongco Tek Hay Cin Jin di kelenteng An Tjeng Bio,Indramayu dirayakan setiap tanggal 21 Cia Gwee ,yang tahun ini jatuh pada tanggal 10 Maret 2007.
Pada kesempatan itu Kelenteng Tek Hay Kiong ikut berpartisipasi dengan membawa YM Tek Hay Cin Jin ke Indramayu beserta dengan joli/tandunya yang dikirab mengelilingi kota Indramayu setelah upacara sembahyang sejit.
Ikut meramaikan selain grup liong&say dari Indramayu juga grup liong dari Bandung.

Perayaan Cap Go Meh 2007


Perayaan Cap Go Meh di kelenteng Tek Hay Kiong diramaikan dengan kirab toapekong
selama 2 hari ,3 dan 4 Maret 2007, berlangsung dengan meriah.
Pada kesempatan itu dihadiri 2 kelenteng luar kota yaitu An Tjeng Bio,Indramayu dan Tek Hay Bio,Semarang yang membawa kongco Tek Hay Cin Jin sehingga tandu yang dikirab sejumlah 12 tandu.

Pada hari pertama sebelum prosesi kirab keliling kota diadakan upacara sembahyang di pelabuhan Tegal dan prosesi kirab berakhir sekitar jam 10 malam.
Sedang hari kedua kirab yang dimulai sejak jam 13.00 siang baru berakhir lewat tengah malam.